Translate

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Kamis, 10 Maret 2011

Arti Kebahagiaan

‘Komunikasi tidak berawal dari dimengerti (satu pihak), tetapi

berawal dari saling mengerti (dua pihak)’. *Steve Brown*



Saya pernah membaca sebuah tulisan yang mengesankan. Dan saat ini

saya ingin sharingkan kepada Sahabat-Sahabat sekalian ; dikatakan

bahwa jika kita mau menjaga sikap yang tepat, maka DIA akan mengambil

semua rasa kecewa, impian-impian yang gagal dan kandas, bahkan rasa

sakit pada tubuh dan juga hati yang mengakibatkan kita menderita. DIA

akan menambahkan semua masalah dan kesedihan yang telah menyiksa

kita, ya DIA akan membayarkan kepada kita kembali dua kali lipat lebih

banyak dimana akan ada Damai Sejahtera, Sukacita Penuh, Rasa Bahagia

dan Pekerjaan-Pekerjaan yang Berhasil kita kerjakan ! Tuhan sudah

berjanji sesuai FirmanNYA bahwa DIA akan memberikan kepada kita

dua kali lipat pembayaran kembali atas rasa malu kita dahulu.



Asalkan kita mau percaya, dan kita mau menaruh kepercayaan dan

keyakinan kita dalam Tuhan, maka DIA akan memberikan kepada kita

dua kali lipat untuk mengatasi masalah-masalah kita.



Komunikasi.



Dalam menjaga sikap yang tepat terutama kepadaNYA, kita harus

Mengkomunikasikan segala apa yang kita perlu didalam Doa-Doa kita.

Komunikasi adalah suatu pembicaraan dua arah yang tidak dapat dibatasi

frekuensi dan waktunya. Kita berbicara denganNYA dan DIA menjawab

Doa-Doa kita lewat tanda-tanda, lewat kata-kata atau nasihat yang diberikan

oleh orang-orang di sekitar kita.



Komunikasi merupakan dasar dari seluruh interaksi antar manusia.

Didalamnya kita bisa mengutarakan pikiran, perasaan, pendapat, ataupun

maksud tujuan kita. Ia membuat kita saling mengenal lebih dekat terhadap

satu sama lain, khususnya dalam keluarga.



Seni berbicara yang sebenarnya adalah bukan hanya berbicara hal yang

tepat pada waktu yang tepat (pas), akan tetapi juga ia tidak membicarakan

hal yang keliru di saat yang sangat menggoda untuk dibicarakan, demikian

sebuah ungkapan mengenai komunikasi seperti yang disampaikan oleh

Dorothy Nevill.



Sedangkan Steve Brown menekankan tentang hal pengertian dalam

komunikasi:‘Komunikasi tidak berawal dari dimengerti (satu pihak), tetapi

berawal dari saling mengerti (dua pihak)’.



Sebelum manusia jatuh kedalam dosa, kita ‘disuguhkan’ sebuah contoh

komunikasi yang sangat baik dan sangat dekat antara Tuhan Sang Pencipta

dan manusia ciptaanNYA. Manusia begitu mengenal penciptanya, sehingga

dari bunyi langkahNYA saja mereka mengenal kalau itu bunyi langkah Tuhan.

Demikian pula Tuhan tahu persis bahwa manusia ciptaanNYA itu bersembunyi

karena mereka sudah berdosa. Hubungan yang begitu dekat seperti itu terjalin

baik karena adanya komunikasi. Akan tetapi ketika komunikasi terputus atau

rusak karena dosa, maka manusia tidak mampu lagi memahami kebenaran

dan kehendak Allah.



Komunikasi merupakan hal mendasar yang harus dipelihara dan terus

dikembangkan dalam keluarga. Baik itu suami, isteri maupun anak-anak harus

membiasakan komunikasi perasaan, pikiran dan maksud tujuan mereka masing-

masing. Karena komunikasi yang tidak terjalin dengan baik antara orang tua

dan anaknya (terutama remaja) bisa menyebabkan kenakalan dan perilaku

yang menyimpang.



Menurut para psikolog, komunikasi yang buruk antara suami dan isteri bisa

menjadi pemicu retaknya rumah tangga yang mungkin akan berakhir dengan

perceraian. Agar supaya komunikasi dalam keluarga bisa berjalan dengan baik

kita perlu menanamkan rasa hormat ketika berbicara dan mendengarkan

dengan siapapun. Kembangkan rasa hormat dan saling menghargai. Kritik

yang kita berikan adalah kritik yang membangun dan dilakukan dengan sikap

menghargai didalam kasih.



Dalam berkomunikasi kita juga perlu menanamkan rasa empati. Karena

dengannya kita mampu menempatkan diri dalam situasi dan kondisi yang

dihadapi oleh orang lain. Salah satu wujud empati adalah kesediaan untuk

mendengar. Salah satu nasihat adalah untuk mendengarkan dengan penuh

perhatian apakah ketika suami, isteri atau anak-anak kita berbicara kepada

kita.



Usahakan ketika kita berkomunikasi maka info dan maksud yang kita

sampaikan dapat ditangkap dengan jelas dan dimengerti maksudnya oleh

yang kita ajak bicara. Karena seringkali kesalahpahaman antara suami-isteri

terjadi karena komunikasi yang tidak nyambung atau kurang jelas. Hendaknya

kita jangan memegang prinsip bahwa orang yang kita ajak bicara sudah harus

mengerti dengan apa yang telah kita sampaikan. Mungkin harus diulang sekali

lagi agar lebih jelas apa maksud kita.



Komunikasi yang disampaikan dengan kerendahan hati dan menganggap

orang lain sama pentingnya dengan diri kita adalah sebagai tujuan kita yang

utama, disamping sikap kita yang terbuka untuk melayani saran dan kritik

orang lain.



Saya pernah membaca sebuah ilustrasi yang inspiratif mengenai komunikasi

agar menjadi lebih efektif. Aktor dalam ilustrasi ini adalah matahari dan angin.

Kedua-duanya mencoba menunjukkan pentingnya arti komunikasi. Suatu ketika

keduanya memperhatikan kehidupan orang yang setiap saat sangat sibuk dengan

kegiatan dan urusan mereka masing-masing. Cukup banyak diantaranya sedang

memakai jaket untuk melindungi tubuh mereka. Lalu matahari dan angin timbul

perasaan isengnya untuk membuat orang-orang ‘melepaskan’ jaketnya. Angin

mendapat giliran pertama, dan iapun segera menghembuskan tiupan angin yang

amat kencang, makin lama makin kencang. Diluar dugaan ternyata orang-orang

malah semakin kuat mendekap dan menutup zipper dan tali jaket mereka. Angin

didiskualifikasi. Kini giliran matahari. Pelan-pelan ia mulai memancarkan sinarnya.

Mula-mula terasa sinar yang hangat, tapi tak berapa lama kemudian sinar itu

berubah menjadi terik dan sangat terik. Sinar yang dipancarkannya menjadi panas

mulai menyengat, dan mulai saat itulah beberapa orang mulai membuka dan

melepaskan jaketnya dan mengipas-ngipas. Nah, dari kisah ini, inspirasi yang

dapat kita peroleh adalah beberapa bentuk komunikasi terdengar seperti angin lalu.

Pesan yang terkandung didalamnya terdengar dan terkesan dingin bagi yang

mendengarnya. Komunikasi seperti ini membuat orang defensive (bertahan), akan

tetapi ketika pembicaraan menjadi hangat, ada saling pengertian maka komunikasi

yang sedang berjalan akan menjadi efektif. Karena itu pada saat berkomunikasi

utarakanlah maksud dan tujuan kita dengan baik, jelas dan bersungguh-sungguh.

Usahakan pula ada notulen dari komunikasi kalau pembicaraan itu bersifat seperti

pertemuan, rapat atau sejenisnya, agar supaya keputusan dan kesepakatan yang

diambil ada recordnya.





MENERIMA & TIDAK MENUNTUT.



Banyak menuntut terhadap pasangan hanya akan menyebabkan rasa frustrasi

karena pada dasarnya kita tidak mudah merubah orang. Itulah yang sering terjadi

pada kehidupan pernikahan pasangan suami-isteri dimana pada waktu mereka

memutuskan untuk hidup bersama, berarti ada kesediaan untuk menerima kelebihan

maupun kekurangan pasangan kita.



‘Jika kita tidak bisa mengubah seseorang, maka hal yang lebih mudah adalah kita

terlebih dahulu mengubah diri kita’. Menerima pasangan kita apa adanya itu berarti

kita tidak membanding-bandingkannya dengan kelebihan dan kehebatan orang lain.

Biasanya dengan membandingkan pasangan kita dengan orang lain, kita semakin

membuka pintu untuk melihat dan menemukan lebih banyak kekurangan dalam

diri pasangan kita itu. Jadi mengapa dalam hal ini kita tidak berusaha melihat

kelebihan-kelebihan dalam diri pasangan kita dan merasa bersyukur untuk hal

tersebut.



Demikian juga terhadap anak-anak, kita juga harus menerima anak-anak kita

seperti apa adanya. Kita sebagai orangtua tentu mengharapkan untuk memiliki

anak-anak dengan berbagai kelebihan di dalam diri mereka. Ketika kita tidak

menemukan kelebihan dalam diri mereka, sebagai orangtua yang baik dan

bijaksana janganlah menunjukkan rasa tidak suka, memperlihatkan penolakan

terhadap anak-anak kita atau kecewa dan berkecil hati. Sejauh ini menurut para

psikolog anak, penolakan selalu membawa dampak yang kurang baik bagi

perkembangan kejiwaan seorang anak. Sebaliknya penerimaan membuat mereka

merasa dihargai sehingga mereka akan terdorong untuk berperilaku positif.



Anak-anak juga harus belajar menerima orangtua sebagaimana adanya mereka.

Kadang-kadang anak merasa malu penampilan orangtua yang bersahaja, level

pendidikan biasa-biasa saja atau mempunyai cacat tubuh. Tapi satu hal yang

harus diingat oleh anak-anak adalah Tuhan tidak pernah salah dalam memilih

orangtua bagi kita anak-anaknya. Bukankah akan menjadi lebih baik apabila

kita sebagai anak dapat membangun perasaan bangga terhadap orangtua kita

karena Tuhan sudah mempercayakan orangtua untuk membesarkan, mengasuh

dan mendidik kita.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More